Monday, 13 April 2015

,

Pengurus PDIP Peride 2015-2010 Rentan Terjerat Kasus Korupsi

BeritaPolitik.NET - Kepengurusan baru DPP PDI Perjuangan periode 2015-2020 hasil kongres Bali yang diumumkan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dinilai rentan masalah hukum. Dari sekian nama yang muncul, ada beberapa nama yang terpental. Padahal menurut banyak pihak, mereka yang terdepak itu jauh berkualitas dan tidak terbelenggu masalah hukum.

Terkait tidak dimasukkan nama sejumlah kader yang berprestasi itu, Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI), Petrus Selestinus mengatakan, sudah menjadi tradisi bahwa setiap Kongres PDIP selalu saja ada kader-kader terbaik, berkualitas dan kritis baik secara ke dalam maupun ke luar, selalu menjadi korban.

Hanya kader dengan kualitas loyal buta dan lidahnya tidak pernah kering, itulah yang awet di PDIP.

“Karena itu, tidak heran kalau yang namanya Maruarar Sirait, Pramono Anung, Rieke Diah Pitaloka, Eva Kusuma Sundari, dan lainnya terdepak dari posisi prestisius di DPP PDIP dan masuklah kader-kader yang diduga bermasalah secara hukum dalam struktur DPP,” kata Petrus.

TPDI memperkirakan, dengan susunan personalia DPP PDIP yang ada sekarang, apabila KPK, Kejaksaan dan Kepolisian konsisten melakukan penyelidikan dan penyidikan dugaan korupsi di partai itu, maka akan banyak pimpinan DPP PDIP yang tersangkut kasus.

Kasus yang terbaru dan memalukan, kata Petrus, sudah terjadi di arena Kongres IV PDIP di Sanur, Bali. Seorang kadernya dibekuk KPK saat menghadiri kongres.

“Ini peringatan awal untuk PDIP agar hati-hati, terutama cermat memilih dan mengisi posisi penting di DPP PDIP,” katanya.

Lebih jauh Petrus mengatakan, TPDI memiliki data soal figur-figur di PDIP yang berpotensi bermasalah. Ada yang sudah menjadi tersangka, ada yang baru menjadi saksi, tetapi namanya disebut-sebut sudah terlibat.

“Ada yang namanya baru disebut terlibat kasus BLBI. Maka bisa diprediksi dalam satu tahun ke depan, PDIP akan terjadi kekosongan pimpinan, karena sebagai besar akan sibuk menghadapi proses hukum, mulai dari Megawati Soekarnoputri, Trimedya Panjaitan, Olly Dondo Kambey, Bambang DH, Adam Samawi. Apalagi kalau sampai ada yang ditahan, kemudian dijadikan tersangka, maka KLB (Kongres Luar Biasa) harus menjadi opsi untuk menyelamatkan partai,” ujarnya.

Padahal orang seperti Rieke Pitaloka, Eva Kusuma Sundari, Pramono Anung, Ara Sirait dan lain-lain, kata Petrus, meskipun kritis tetapi mereka adalah orang-orang yang namanya tidak pernah tersangkut kasus korupsi atau kasus pidana lainnya.

“Sekarang PDIP merasa diri berada dalam kekuasaan pemerintahan, maka yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan intervensi terhadap penyidikan kasus yang sudah menjadikan Bambang DH dan Adam Samawi sebagai tersangka akan berujung ke SP3,” ucapnya.

Hal lain yang dicematkan oleh TPDI adalah potensi politisasi kasus oleh PDIP. Coba lihat penjelasan Hasto Kristiyanto bahwa semua kasus korupsi yang melibatkan kader PDIP adalah akibat politisasi hukum.

“Ini akan mengancam independensi KPK, Kejaksaan dan Kepolisian yang saat ini menyidik sejumlah kader PDIP yang terlibat,” katanya.(pikiran-rakyat.com)



Wednesday, 18 February 2015

Jokowi, Maju Kena Mundur Kena


BeritaPolitik.NET - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat, Andi Nurpati menilai pelantikan Komjen Pol Budi Gunawan (BG) menjadi Kapolri oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan bertolakbelakang dengan keinginan publik. Namun demikian, sesuai aturan ketatanegaraan, pelantikan harusnya tetap dilakukan.

"Mekanisme sesuai UU sudah selesai, sekarang BG menang di praperadilan. Logika UU-nya Presiden harus melantiknya. Meski Presiden tentu akan berlawanan dengan sebagian publik yang inginkan BG tidak dilantik dan harus diganti dengan Kapolri yang lebih baik," ujar Andi Nurpati sebagaimana dikutip dari okezone.com, Rabu (18/2/2015).

Jika Jokowi tetap melantik Komjen BG, lanjut Andi, maka hal itu akan membuat membuat rakyat Indonesia kecewa dengan keputusan tersebut.

"Image-nya pasti Presiden tidak peka terhadap penolakan rakyat yang tidak inginkan BG. (Jokowi) maju kena mundur kena," lanjutnya.

Dan jika Jokowi tidak melantik mantan Kapolda Bali itu, maka Jokowi akan berhadapan dengan sejumlah permasalahan.

"Tidak melantik BG maka Presiden akan berhadapan dengan DPR dan KIH terutama PDIP, apalagi BG mantan ajudan Ibu Mega, keberanian Presiden diuji dalam kasus ini," lanjutnya.

"Kuat dugaan, ketidakcepatan Presiden Jokowi mengambil keputusan di kepastian soal BG karena memang BG bukan keinginan Presiden yang ajukan sebagai Kapolri," tutup Andi.[beritapoliitik/okezone]




Tuesday, 17 February 2015

DPRD DKI : Hak Angket Awal Pemakzulan Ahok

BeritaPolitik.NET - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) diminta tak menyepelekan wacana hak angket yang akan dilakukan dewan.  

Demikian disampaikan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta M Taufik.

Sebab hak angket tersebut nantinya akan menentukan nasib Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Taufik mengatakan, jika dalam hak angket tersebut DPRD menemukan indikasi adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Ahok soal APBD maka dewan akan mengambil keputusan tegas.

"Pertama bisa peringatan keras, dan kedua bisa diberhentikan. Saya yakin ahok salah dan bisa diberhentikan. Tetapi tidak mempengaruhi APBD," ujar Taufik di Gedung DPRD DKI, Selasa (17/2/2015).

Dia menjelaskan, keputusan Ahok yang menyerahkan draf APBD 2015 ilegal tersebut sudah melanggar aturan.

Sebab dalam peraturan perundang-undangan draf APBD yang seharusnya diserahkan ke Kemendagri adalah hasil pembahasan bersama dan bukan draf pengajuan.[beritapolitik/inilah/YL]



,

Jokowi Segera Melantik Komjen Budi Gunawan Jadi Kapolri

BeritaPolitik.NET - Tak lama lagi Presiden Jokowi bakal segera mengambil sikap untuk melantik Budi Gunawan menjadi Kapolri. 

Tanda-tanda itu terlihat tatkala, tiba-tiba Jokowi memutuskan kembali ke Istana Kepresidenan Jakarta.

Seperti dikutip dari RMOL, Jokowi sudah tinggal di Istana Bogor sejak Minggu (15/2). Rencananya, Jokowi akan nemetap di Istana Bogor sampai Kamis (19/2). Namun tiba-tiba, siang tadi Jokowi memilih kembali ke Jakarta. Jokowi sudah berangkat dari Istana Bogor sekitar pukul 1.30 tadi, usai rapat dengan PPATK.

Bisa jadi, kepulangan Jokowi itu untuk perencanaan pengambilan keputusan polemik pencalonan Budi, bahkan mungkin pelantikan Budi. Pasalnya, selama ini belum pernah ada acara pelantikan digelar di Istana Bogor. Pelantikan pejabat negara biasanya dilakukan di Istana Negara, Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta.

Indikasi Jokowi akan segera mengambil keputusan polemik pencalonan Budi juga dikuatkan dengan pernyataan Kepala Staf Kepresidenan Luhut Pandjaitan. Dalam rapat koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri mengenai persiapan peringatan Konferensi Asia-Afrika tadi pagi, Luhut meminta agar paparan dari tiap pejabat dilukan secara singkat. Pasalnya, Presiden Jokowi akan melakukan persiapan untuk kegiatan nanti malam. [beritapolitik/rmol/YL]



Korupsi APBD Cirebon, 2 Kader PDIP Ditahan

BeritaPolitik.NET - Dua kader PDIP resmi ditahan atas dugaan kasus korupsi dana bantuan sosial (bansos) Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Cirebon, Jawa Barat tahun 2009-2012.

Hal ini dikatakan oleh Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Tony Tribagus Spontana yang mengatakan dua tersangka tersebut yakni Ketua PAC PDIP Kecamatan Kedawung, Cirebon, Subekti Sunoto dan Wakil Sekretaris DPC PDIP Kabupaten Cirebon, Emon Purnomo.

"Keduanya sudah ditahan," ujarnya, Senin (16/2/2015).

Sejatinya, Kejagung telah menetapkan satu lagi tersangka atas kasus yang sama yakni Wakil Bupati Cirebon, Tasya Soemadi. Namun Kejagung tidak menjebloskan Tasya ke dalam tahanan.

Seperti diketahui, Tim Satuan Khusus Tindak Pidana Korupsi Kejagung dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan memeriksa sekitar 260 warga Kabupaten Cirebon yang menerima dana bansos APBD tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012. Pemeriksaan itu dilakukan karena ada dugaan korupsi terkait penggunaan APBD khususnya belanja hibah, bansos, dan bantuan keuangan Kabupaten Cirebon.

Pemberian dana bansos tersebut terjadi pada masa kepemimpinan Bupati Cirebon, Dedi Supardi. Sedangkan Tasya yang kini Wakil Bupati, sebelumnya adalah Ketua DPRD Kabupaten Cirebon periode 2009-2013. [beritapolitik/inilah]



Popular Posts